Sebagaimana halnya orang yang
sibuk beraktifitas hari-harinya, perlu waktu luang untuk untuk istirahat dan
itu hak badan mahluk hidup. Itulah bagian dari sistem tawazun (keseimbangan)
yang Tuhan ciptakan. Bagaimana dengan aktifitas berkeluarga? Tentunya, konsep
tawazun/keseimbangan ini juga harus dijalankan terutama oleh seorang kepala
rumah tangga, bila menginginkan keluarga yang harmonis. Pastinya, kecerdasan
kita dalam mengalokasikan waktu menjadi salah satu kunci keharmonisan rumah
tangga. Terkait dengan konsep tawazun, rihlah (tamasya) adalah satu hal yang kadang
terlupakan dalam aktifitas berumah tangga. Nama lain rihlah adalah
berdarmawisata atau biasa juga disebut tamasya.
Beberapa alasan yang sangat
lazim terungkap adalah karena sibuk bekerja, berbisnis, berdakwah,
berorganisasi, sampai alasan keuangan. Karenanya, tidak sedikit keluarga yang
menjadikan rihlah hanya agenda yang 6 bulanan saja, bahkan mungkin 1 tahunan.
Padahal, kebutuhan sebuah keluarga untuk rihlah idealnya setiap bulan, bahkan
lebih sering lagi.
Meminjam kisah dari adviser keluarga sakinah,
Muhammad Nuh menceritakan sebuah keluarga yang pernah berkonsultasi kepadanya.
Ada seorang anak bertanya kepada ayahnya yang super sibuk dalam berbisnis,
“Pak, berapa uang yang Bapak hasilkan selama sebulan?” Ketika disebutkan
angka-angka rupiah oleh bapaknya, dengan cerdasnya si Anak itu menghitung.
Kemudian, satu ungkapkan yang membuat terperanjat sang bapak keluar dari mulut
anak yang polos itu “Berarti dalam sehari bapak dibayar segini, jadi dalam
sejam bapak dibayar segani. Baiklah Pak, saya akan bayar bapak sekian jam untuk
pergi tamasya dekat kampung kita bersama kami, anak-anakmu.”
Barangkali juga pernah
mendengar ketika sebuah keluarga sering ditinggal bapaknya yang sibuk
berorganisasi dan beraktifitas dakwah. Suatu saat ketika sang bapak berpamitan
untuk pergi dengan alasan harus mengurus umat, anaknya yang polos mengatakan
“Bukankah kami juga umat, kapan Bapak mengurus kami?”
Pertanyaan-pertanyaan dari
anak tak berdosa ini tentunya tidak akan kita biarkan begitu saja. Itu akibat
dari ketidakseimbangan kepala keluarga dalam mengalokasikan waktu, sehingga ada
hak-hak keluarga yang terlupakan. Inilah sebabnya, mengapa rihlah keluarga
termasuk kebutuhan yang saya anggap begitu penting.
Rihlah keluarga menjadi salah
satu jawaban, untuk menjaga harmonisasi hubungan dengan mereka, istri dan
anak-anak. Sebagai kepala keluarga jangan sombong ketika mampu memberi uang
banyak ke keluarga, karena melalui rihlah salah satu cara canggih menjaga
hubungan harmonis keluarga. Sekaligus gizi mata memandang keindahan yang tak
biasa, walaupun hanya sebuah pohon, itu pengandaiannya. (Dian Rakhmawati)