Aku tidak menerima apa yang
dikatakan oleh dokter anak. Sungguh aku menjadi lemas ketika anakku yang cantik
divonis menderita kelainan fisik dan keterbelakangan mental. Aku menolak vonis
dokter tersebut dan tidak dapat membenarkannya. Bahkan kuat dugaanku bahwa
vonis itu salah. Aku berazam untuk membawa anakku ke klinik pengobatan
alternatif (Natural Medicine). Namun di sana pun aku mendapatkan informasi
bahwa anakku memang benar-benar mengidap kelainan fisik dan mental. Mendengar
hal itu, hatiku bak disambar petir dan aku mengalami stres berat dan
kegelisahan yang serius. Sepanjang malam aku terus memikirkan anakku, dunia ini
terasa bukan dunia yang kuketahui, hidupku terasa hambar.
Aku terus berusaha melatih putriku
dengan sebagian keterampilan yang bermanfaat bagi hidupnya. Tetapi sayangnya
keterbelakangan fisik dan mental anakku tergolong yang paling parah, sehingga
sulit untuk dilatih dan diajarkan, aku mulai putus asa dan hanya bisa pasrah,
Kemudian perasaanku juga mengatakan
bahwa ada yang hasad (berbuat teluh) kepadaku atas segala nikmat yang telah
Allah anugerahkan kepadaku. Karena itu aku harus mencari “orang pintar” yang
dapat mendeteksi musibah yang menimpaku, bagaimana caranya agar aku bisa
selamat dari musibah ini. Tetapi aku berpikir mengapa aku tidak pergi menemui
seorang da’iyah Fulanah sepanjang ingatanku ia orang yang sangat baik. Aku
pergi menjumpainya dan menceritakan kepadanya musibah yang kualami karena ada
orang yang hasad kepadaku, lalu ia berkata kepadaku
“Tidak ada yang hasad kepada Anda
sebagaimana yang Anda kira. Sesungguhnya yang menimpa Anda disebabkan oleh
lemah iman.”
“Tidak, aku tidak lemah iman. Aku
muslimah dan masih menunaikan shalat,” sanggahku.
“Tapi apa yang Anda keluhkan itu
menunjukkan jauhnya diri dari Allah dan lemahnya keimanan. Jika Anda ingin
keluar dari problem ini Anda sebaiknya kembali kepada Allah dan taubat yang
sungguh-sungguh kepada-Nya. Lalu penuhilah hati Anda dengan cinta kepada Allah
dan menyerah secara totalitas kepada-Nya” demikian ia menasihatiku.
Anda benar wahai da’iyah yang tulus
ikhlas, aku memang harus bersabar dan ridha terhadap qadha dan qadar, sejak
saat itu aku mulai melangkah menuju Allah, bertaubat dan beribadah kepada-Nya.
Mushaf Al-Qur’an menjadi penghibur musibahku. Dan hari-hariku yang sebelumnya
gelap gulita, kini terang benderang dengan cahaya iman dalam jiwa. Alangkah
lezatnya aku merasakan semua ini, sungguh sebelumnya aku tidak pernah
mengetahui cita rasa kehidupan yang bahagia seperti yang aku rasakan sekarang
ini. Ya, aku telah melihat kehidupan ini dengan pandangan iman.
حُلْوَةُ الدُّنْيَا مُرَّةُ
الآخِرَةِ , وَمُرَّةُ الدُّنْيَا حُلْوَةُ الآخِرَةِ
“Manisnya dunia pahitnya akhirat,
dan pahitnya dunia manisnya akhirat”
Jiwaku mulai tenteram, hatiku mulai
tenang, aku berenang dalam lautan iman dan ilmu syar’i. Aku yakin sepenuhnya
dengan rahmat Allah SWT, bahwasanya musibah tidak selalu berarti balasan
terhadap dosa saja, tapi terkadang untuk meninggikan derajat. Bahwasanya semua
itu adalah nikmat dari Allah untukku. Musibah ini memberikan inspirasi kepadaku
untuk membuka lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak pengidap keterbelakangan
fisik dan mental, alhamdulillah sekolah yang kudirikan banyak memberikan
manfaat bagi umat Islam. Semoga Allah menerima amal kebaikanku, semua ini telah
membuatku bahagia meskipun anakku belum dapat mengambil manfaat dari sekolah
yang kudirikan, tetapi setiap kali aku melihat putriku aku selalu berucap,
اَلْحَمْدُ للهِ فِي بَيْتِنَا
طِفْلَةٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Alhamdulillah di rumah kami ada
putri dari surga”
Sumber dakwatuna (edit)