Oleh Tim
Manhaj Tarbiyah
a. Niat dalam beramal hukumnya wajib
Allah SWT berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ﴿٥﴾
“Padahal mereka tidak diperintahkan
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah: 5)
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا
دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ
“Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah. Akan tetapi, ketakwaan
kamulah yang dapat mencapainya…”
(QS. Al-Hajj: 37)
قُلْ إِن تُخْفُوا مَا فِي
صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ
“Katakanlah, ‘Jika kamu menyembunyikan
apa yang ada dalam hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah
mengetahui.’…” (QS. Ali Imran: 29)
وَعَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بْنِ نُفَيْل بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى بْنِ
رَيَاحِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قَرْطٍ بْنِ رَزَاحِ بْنِ عَدِيّ بْنِ كَعْبِ بْنِ
لُؤَيّ بْنِ غَالِبٍ الْقُرَشِيّ الْعَدَوِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ متفق
Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin
Khaththab RA berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Segala
perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala) apa
yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah
dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah
untuk mencari harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi,
maka hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’” (Muttafaq alaihi)
Pelajaran dari Hadits di atas
adalah:
i. Para ulama sepakat bahwa niat
adalah syarat mutlak agar suatu amal diganjar atau dibalas dengan pahala.
Namun, apakah niat merupakan syarat sahnya suatu amal atau perbuatan, mereka
berbeda pendapat.
Ulama Syafi’iyah menyebutkan, “Niat
adalah syarat sahnya suatu amal atau perbuatan yang bersifat ‘pengantar’
seperti wudhu, dan yang bersifat ‘tujuan’ seperti shalat.”
Ulama Hanafiyah menyebutkan, “Niat
hanya syarat sahnya amal atau perbuatan yang bersifat ‘tujuan’, dan bukan
‘pengantar’.”
ii. Niat dilakukan di hati, dan
tidak ada keharusan untuk diucapkan.
iii. Ikhlas karena Allah merupakan
salah satu syarat diterimanya amal atau perbuatan.
b. Ikhlas dalam niat syarat
diterimanya amal
Manusia dibangkitkan dari kuburnya
pada hari kiamat dengan niatnya sewaktu di dunia. Perhatikan hadits berikut
ini:
وَعَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ
عَبْدِ اللهِ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا
بِبَيْدَاءَ مِنْ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ قَالَتْ قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ
أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ قَالَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ
ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ متفق عليه هذا لفظ البخاري
Ummul Mukminin, Ummu Abdillah,
Aisyah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Satu pasukan tentara akan
menyerang Ka’bah. Ketika tiba di suatu tanah lapang, mereka semua dibenamkan
(ke tanah).”
Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah,
mengapa mereka dibinasakan semuanya. Padahal, di antara mereka terdapat kaum
awam (yang tidak mengerti persoalan) dan orang-orang yang bukan golongan mereka
(mereka ikut karena dipaksa)?”
Rasulullah bersabda, “Mereka semua
dibinasakan. Kemudian mereka akan dibangkitkan (pada hari Kiamat) sesuai niat
mereka.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Ada beberapa pelajaran dari hadits
di atas, antara lain sebagai berikut:
i. Perhitungan kebaikan dan
keburukan didasarkan pada niat.
ii. Peringatan untuk tidak berteman
dengan orang-orang yang tidak baik.
iii. Anjuran untuk berteman dengan
orang-orang baik.
iv. Berita dari Rasulullah tentang
perkara-perkara gaib yang harus dipercaya apa adanya. Kita juga wajib percaya
bahwa perkara-perkara itu akan terjadi sebagaimana diberitakan karena semua
yang dikatakan Rasulullah adalah wahyu.