Suatu Kehormatan bagi
Salimah mendapat kunjungan silaturahim dari Ustadzah Haifa binti Ridwan,
seorang ukhti Pimpinan Darul Quran wa Sunnah dari Gaza, Palestina. Beliau
adalah Muslimah yang fokus mengkader anak-anak di Gaza menjadi penghafal Qur’an
.
Dalam kunjungannya beliau memaparkan tentang startegi pemerintah
Palestina di Gaza mengkader anak-anak Palestina menjadi Mujahid dan Mujahidah
yang di awali dengan menumbuhkan kecintaan anak-anak pada kitab suci Al Qur’an.
Masyarakat di Gaza mendirikan banyak lembaga-lembaga penghafal Al qur’an bagi
anak-anak dan Muslimah. Saat ini ada puluhan ribu anak-anak mengikuti program
tahfidz Qur’an dan mendapat support langsung dari Perdana Menteri Palestina
Ismail Haniyyah.
Dalam
segala keterbatasan sarana dan dana mereka tidak berhenti berjuang dan
berkarya. Kunjungan Ustadzah Haifa binti Ridwan sangat menginpsirasi ibu-ibu
pengurus Salimah untuk terus bersemangat membekali anak-anak kami untuk
menghafal Al Qur’an sedari kecil.
Alhamdulillah,
tanggal 12 Januari 2012, saya mendapat kesempatan mendengarkan pemaparan
langsung salah seorang tokoh wanita Palestina di bidang Daurah
Qur’an. Haifa Binti Ridwan, demikian nama beliau, bersama suaminya secara
sukarela mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mencetak generasi Qur’ani,
penghapal Al Qur’an, di lembaga yang disebut Daurah Al Qur’ah Al Fallah.
Tinggal di Gaza yang sudah sekian lama
diblokade oleh Israel, dan sisa-sisa penyerangan brutal 3 tahun yang lalu,
bukan perkara mudah, untuk menghilangkan trauma bagi para Ibu dan anak-anak.
Namun, para Ibu di Gaza punya cara dan semangat yang luar biasa dalam
mempersiapkan anak-anaknya menghadapi gempuran Israel yang tidak bisa
diprediksi ini.
Lewat video kita akan termangu-mangu
melihat bocah-bocah lucu yang telah dicetak mentalnya sebagai calon mujahid,
yang berani melakukan perlawanan terhadap Israel. Modal cinta Allah, faham, dan
hafal Al Qur’an adalah bekal yang diberikan oleh Ibu-ibu mereka…
Sebagai seorang Ibu, saya tidak kuat
ketika mendengar penjelasan:
“Kami mendidik
anak-anak yang ada di sana, untuk memberikan perlawanan, memberikan rasa mantap
dalam melawan Israel….”
Walaupun mereka bisa seorang istri
yang ditinggal syahid suami, seorang istri yang suaminya dipenjara, atau
seorang Ibu yang ditinggal syahid anaknya…, mereka masih bisa berteriak lantang
ketika mendapat serangan, atau ketika anak-anak mereka cacat…: “Ini adalah
tebusan dari kami untuk Al Aqsha…!!!”
Dan apabila anak mereka gugur satu di
medan pertempuran, mereka akan mengirim anak-anak mereka berikutnya untuk maju
lagi memberi perlawanan lagi…
Subhanallah…
Rasanya yang kita perjuangan sebagai
seorang Ibu di hadapan Allah belum ada sekuku hitamnya ibu-ibu di bumi Filistin
ini..
Pantas, bumi ini disebut bumi para
syuhada…
Karena para Ibunya
memompa, memberi rasa mantap, rasa berani kepada anak-anak mereka…
(Iin Muchtadi)